Monday, June 22, 2009

Mesage outline -1 John 2:3-14

“Self Assessment Time” Where Am I in Christ?
1 John 2

A.The Cost of Discipleship -- Dietrich Bonhoeffer penned the words, "Cheap grace is grace without discipleship, grace without the cross, grace without Jesus Christ, living and incarnate"

B.First Test – How much do I obey?
"3We know that we have come to know him if we obey his commands. 4The man who says, "I know him," but does not do what he commands is a liar, and the truth is not in him. 5But if anyone obeys his word, God's love is truly made complete in him. This is how we know we are in him: 6Whoever claims to live in him must walk as Jesus did (1 John 2:3-6NIV)

2nd Test - Do I love completely
"7Dear friends, I am not writing you a new command but an old one, which you have had since the beginning. This old command is the message you have heard. 8Yet I am writing you a new command; its truth is seen in him and you, because the darkness is passing and the true light is already shining. 9Anyone who claims to be in the light but hates his brother is still in the darkness. 10Whoever loves his brother lives in the light, and there is nothing in him to make him stumble. 11But whoever hates his brother is in the darkness and walks around in the darkness; he does not know where he is going, because the darkness has blinded him. (1 John 2:7-11)

3rd Test – Multiple Choice Question
"12 I write to you, dear children (teknia), because your sins have been forgiven on account of his name.
13 I write to you, fathers, because you have known him who is from the beginning.
I write to you, young men, because you have overcome the evil one.
I write to you, dear children (paidia), because you have known the Father.
14 I write to you, fathers, because you have known him who is from the beginning.
I write to you, young men, because you are strong,
and the word of God lives in you, and you have overcome the evil one.


Which of these 4 groups are you?

Children(Young in faith) – due to recent birth and recent conversion

Fathers – must know (Ginosko & not oida) Him (Christ) – who is from the beginning, beginning of time – see Cols 1:18, Hebrew 1:1-4. Know the supremacy & sufficiency of Christ. Hang on & defend the truth.

Young men – which we must all be – the 3 criteria are fighting & overcoming still, have the word of God in you, staying strong. Only those who fought progress to fathers. Only in battle we experience God’s power.
The immature infants – perpetual immaturity? Only stay at knowing the father? Such as those who don’t know where to turn in the bible even after many years being a Christian.


Take Home Message
1. How much do I obey? we are saved to be a disciple, to grow and to obey like Jesus obeyed the Father.
2. How much do I love? Love is a command, not just a natural feeling. Love completely
3. Let us stay forever young at heart and forever young in the spirit! Let us ask God for the fighting spirit – let us be enlisted in the army who will always overcome.
4. Let us not be content to stay as perpetual infant – “Then we will no longer be infants, tossed back and forth by the waves, and blown here and there by every wind of teaching and by the cunning and craftiness of men in their deceitful scheming. 15Instead, speaking the truth in love, we will in all things grow up into him who is the Head, that is, Christ.” (Eph 4:14)

Monday, June 01, 2009

Bread of Life Church or Ling Liang church history in Indonesia


Pendiri

Ketika Dinasti Tang di daratan Tiongkok runtuh pada tahun 997 SM, ada pergumulan diantara pemimpin-pemimpin militer untuk mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 960, Dzao Kwang Yin diangkat sebagai kaisar Tiongkok yang baru dengan nama Tai Tzu. Ia berhasil mempersatukan kekaisarannya dan dinasti Sung yang terkenal bertahan samapi tahun 1279.

Lahir di Shanghai pada tahun 1908 sebagai satu-satunya putera dari seorang pedagang, Dzao Yuen Chong adalah generasi ke-33 dari dinasti Sung. Ia dibesarkan oleh ibunya, seorang pemeluk agama Buddha yang setia. Dalam keluarga besarnya hanya ada dua orang Kristen, seorang paman yang menjadi anggota gereja Presbiterian dan seorang saudara sepupu yang mengajar Sekolah Minggu di Gereja Metodis. Yang terakhir inilah yang mengundangnya ke Sekolah Minggu ketika ia berusia 13 tahun. Ia menghadiri Sekolah Minggu selama 4 tahun dan menganggap Yesus sebagai seorang Guru Besar, setara dengan Buddha dan Khonghucu. Pada tahun 1924 ia dibaptis tanpa persetujuan ibunya dan menjadi anggota Gereja Metodis Shanghai. Tapi baru beberapa tahun kemudian dalam suatu kebaktian kebangunan rohani yang dipimpin oleh Padgett Wilkes, seorang missionary Inggris, Dzao Yuen Chong mengerti apakah ke Kristenan sebenarnya. Dia menerima Kristus sebagai Juruselamat dan menyerahkan hidupnya untuk melayani Tuhan.

Ia mengganti namanya dari Dzao Yuen Chong menjadi Dzao Sze Kwang 赵世光牧师, yang artinya terang dunia. Pada tahun 1928, ia bekerja sebagai guru di sebuah sekolah Kristen. Ia menerima tawaran Persatuan Misionari Kristen untuk menjadi pendeta di sebuah gereja kecil. Pada tahun 1932 ia ditahbiskan sebagai pendeta dan mengambil nama Timothy (Timotius) sebagai nama baptisannya. Ia menikah dengan seorang pemudi Kristen dan selama 8 tahun berikutnya bekerja membangun gereja kecil tersebut di samping aktif berkotbah di berbagai gereja.

Pada tahun 1928, Robert A. Jeffrey, seorang misionari dari Persatuan Misioanari Krsiten membentuk Misi Penginjilan Tionghoa dan merekrut hamba-hamba Tuhan Tionghoa untuk menjangkau Asia Tenggara. Salah satu hamba Tuhan yang mendaftarkan diri ialah Timothy Dzao. Pada bulan September 1937 Timothy Dzao meninggalkan gereja yang ia layani (jumlah anggota berkembang menjadi 600 orang dewasa) dan menggunakan waktu 5 tahun 6 bulan berikutnya berkotbah di Philipina dan Indonesia. Di Indonesia, ia bekerja bersama-sama para hamba Tuhan dari gereja Tionghoa mengadakan kebaktian kebangunan rohani di Menado, Makassar, Banjarmasin, Singkawang, Pontianak, daerah pedalaman Dayak, Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bali. Dalam perjalanannya kembali ke Shanghai, ia juga berkotbah di Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Pada tahun 1938, ia mengunjungi Pasifik Selatan untuk kedua kalinya dan menjadikan Jakarta sebagai "rumah"nya. Ia belajar bahasa Indonesia, berkotbah dan memulai koresponden Alkitab dalam bahasa Indonesia. Tahun 1940 ia kembali ke Shanghai dengan sebuah rencana untuk membawa sekelompok pemuda/I gereja ke Indonesia untuk pelayanan pionir. Tapi pada akhir tahun 1941 perang pasifik berkobar dan ia tak dapat kembali ke Indonesia.

Di Jakarta (Batavia) 4 orang Kristen yang bernama Kho Swan Nio, Kho Hong Nio, Lim A Ten dan Tjoa Kim Djwan, membeli sebuah rumah di Drossaerwerg Straat No. 185 (sekarang Jl. Tamansari no. 79) pada tanggal 5 September 1941. Mereka menyerahkan rumah tersebut sebagai Gereja Sidang Kristoes Batavia dan mengharapkan kembalinya Timothy (Timotius) Dzao untuk menjadi gembala sidang. Sementara itu, beberapa hamba Tuhan bergantian melayani jemaat yang kecil ini.

Dari tahun 1942 - 1947, Timotius Dzao mengkonsentrasikan pelayanannya di Shanghai dan sekitarnya. Ia mendirikan gereja Ling Liang di Nanking, Hang Chow, Su Chow, Ching Po, King Ko dan Enan. Ia mendirikan SD dan SMP, panti asuhan, rumah jompo, seminari Hwa Thung dan sekolah Alkitab. Seusai perang, ia juga mendirikan sebuah seminari di Hanchow. Pada bulan Agustus 1942, ia mendirikan Ling Liang World-Wide Evangelical Mission (LLWWEM) di Shanghai untuk mempromosikan Pengabaran Injil (PI), pembentukan gereja, pelayanan social di daratan Tiongkok, dan juga program Pengabaran Injil di seluruh dunia.

Pada tahun 1947, Timotius Dzao kembali ke Jakarta dan mengadakan satu seri kebangunan rohani di gereja-gereja Tionghoa dan melayani gereja Sidang Kristus. Tahun 1948, ia berkotbah keliling di Amerika dan Kanada lalu kembali ke Shanghai. Pada bulan Oktober 1943, dengan keluarganya ia meninggalkan daratan Tiongkok menuju Hongkong melalui Taiwan ketika Partai Komunis Tiongkok mengambil alih pemerintahan. Di tahun yang sama, LLWWEM Shanghai mengutus Moses Chow dan isterinya ke Jakarta sebagai misionari pertama untuk melayani gereja Sidang Kristoes Batavia.

Pada tanggal 6 Nopember 1949, Timotius Dzao memulai kebaktian siang menggunakan gedung gereja Baptis Kowloon. Yang hadir dalam kebaktian kebanyakan adalah orang-orang Kristen yang meninggalkan daratan Tiongkok. Pada tanggal 9 September 1952, gereja Ling Liang Kowloon terbentuk.

Pada bulan Januari 1950, Timotius Dzao menyewa gedung pertunjukan King di Hongkong untuk Kebaktian Minggu, memasang iklan di surat kabar dan membayar guru musik lengkap dengan sebuah paduan suara. Lebih dari 1000 orang menghadiri kebaktian. Di samping itu ia juga mengadakan kebaktian di lantai pertama gedung perkantoran yang menampung 400 orang. Gedung itu kini menjadi gereja Ling Liang Hong Kong.

Pada tanggal 5 Agustus 1950, Timotius Dzao kembali ke Jakarta; Moses Chow dan jemaat Sidang Kristoes Batavia menyetujui untuk mengganti nama gereja menjadi gereja Ling Liang Tamansari. Pada tanggal 23 Nopember 1950, gereja didedikasi dan Moses Chow ditahbiskan menjadi Gembala Sidang.

Pada bulan Maret 1951, Moses Chow memulai kebaktian dalam bahasa Mandarin, yang berkembang dan kini menjadi GSRI Kartini.

Di tahun 1953, gereja Ling Liang Hongkong mengutus misionari yang pertama, sdri Lo Su Wen, untuk bekerja di Singkawang dan di Pangkalan Kongsi, namun ia mati terbunuh di tahun yang sama.

Di tahun 1953 - 1954, Gereja Ling Liang (GSRI) Tamansari memulai pekerjaan di Karawang dan Cikampek. Misi berkembang dan di dua kota ini gereja Ling Liang terbentuk dan sekarang bernama GSRI Karawang dan GSRI Cikampek.

Di tahun 1955, Timotius Dzao berkunjung ke Jakarta dan bekerja bersama gereja Ling Liang Tamansari untuk mendirikan Sekolah Utusan Injil (Sekolah Latihan Pekabaran Injil) Sebagai bagian dari sekolah ini, didirkan sebuah tempat kebaktian yang kemudian berkembang dan menjadi Ling Liang (GSRI) Kebayoran.

Di tahun 1955, Universitas Gamaliel di Taipei mengadakan perluasan programnya di Jakarta. Timotius Dzao memberi ijin kepada pimpinan universitas untuk menggunakan sebagian tempat Sekolah utusan Injil untuk pertemuan mereka ketika mereka mencari tempat yang tetap. Pemerintah pada waktu itu, di bawah pengaruh Partai Komunis, menganggap Sekolah Utusan Injil sebagai bagian dari Universitas Gamaliel, Taipei yang menentang komunisme. Atas dasar kesalah-pengertian politik tersebut, Sekolah Utusan Injil ditutup dan sebagian besar tanah milik Sekolah Utusan Injil diambil-alih oleh pemerintah pada tahun 1958. Timotius Dzao kembali ke Hongkong dan mengarahkan pelayanannya dalam pendirian gereja sampai kematiannya pada tanggal 17 September 1973.

Sebagian tanah milik Sekolah Utusan Injil dikembalikan pada tahun 1979 dan untuk meneruskan misi dari Timotius Dzao, Institut Misi dan Alkitab Nusantara (IMAN) didirikan pada tahun 1981 di tempat yang sama. Pada tahun 1985 gedung IMAN yang baru dan lebih besar didedikasikan. Institus Misi dan Alkitab Nusantara ini sekarang menjadi Sekolah Tinggi Theologia IMAN.

Di daratan Tiongkok, sampai pada tahun 1951, ada sekitar 3000 anggota gereja Ling Liang di Shanghai dan sekitarnya. Di bawah tekanan dari Partai Komunis Tiongkok, pada tahun 1955, majelis gereja Ling Liang di Shanghai memutuskan hubungan dengan Timotius Dzao yang dituduh sebagai "agen imperialis". Pada tanggal 22 September 1966, semua gereja di daratan Tiongkok ditutup.

Pada tahun 1946, Timotius Dzao diundang oleh gereja Presbiterian Taipei untuk suatu seri kebangunan rohani. Pada tahun 1947, ketika ia kembali ke Taiwan, gereja-gereja Persekutuan Timur Jauh di Taipei, Hsiuchu, Hsikong, Tainan dan Kaoh Shung memutuskan untuk menjadi bagian gereja Ling Liang.

Gereja Ling Liang Kowloon memulai misinya ke India dengan mengutus David Lamb, seorang hamba Tuhan. Ketika Timotius Dzao mendengar hal ini, ia mengambil inisiatif untuk mengadakan suatu seri kebangunan rohani di gereja Old Mission. Beberapa orang Kristen baru dibaptiskan sebagai hasil kebaktian ini. Didukung oleh gereja Ling Liang Kowloon, David Lamb dan keluarga tiba di Calcutta pada tahun 1949. Kebaktian "padang" diadakan di daerah Chinatown dan Tangra.

Pada tahun 1962, gereja Ling liang pertama dan SMA didirikan di pusat Chinatown, Calcutta. SMA tersebut sekarang menampung 1000 murid. Di tahun 1968, gereja Ling Liang Immanuel dan sekolah untuk anak-anak terlantar didirikan di Tangra. Pada tahun 1974, gereja Ling Liang Anugerah (GRACE) didedikasikan di Tangra, bersama dengan Ling Liang Junior College.

Pada tahun 1955, gereja Ling Liang New York dimulai. Pada tanggal 1 Juli 2000, gedung gereja Ling Liang New York yang baru didedikasikan. Pada tahun 1967 gereja Ling Liang Torrence di California dimulai diikuti oleh gereja Ling Liang di Orange County pada tahun 1988.

Di bulan September 1955, Timotius Dzao menerima gelar Doktor Kehormatan (D.D.) dari Taylor University Upland, Indiana dan juga dari Tennessee Temple College, Chattanooga, Tennessee pada tahun 1956. Pada bulan Oktober 1966, ia diundang menjadi salah satu pembicara pada Kongres Pengabaran Injil (PI) sedunia di Berlin Barat, Jerman, bersama Billy Graham, John R. W. Stott dan Carl. F. Henry.

Gereja ling Liang Philipina dimulai dari kelompok Pemahaman Alkitab (PA) yang dihadiri oleh 5 orang dan dipimpin oleh alm. Lulee Tan. Pada tahun 1987, gereja Ling liang Philipina didirikan di kota Manila.

Pada tahun 1973, Gloria Dzao, salah seorang puteri Timotius Dzao, diberi dorongan oleh ayahnya, memulai kelompok Pemahaman Alkitab (PA) di Toronto dengan nama persekutuan Ling Liang. Di tahun 1974, kelompok Pemahaman Alkitab (PA) ini dihadiri oleh 20 orang. Pada bulan Juni 1975, Kebaktian Minggu yang pertama diadakan dihadiri oleh 66 orang. Pada bulan Agustus 1975, gereja Ling Liang Toronto didirikan. Di tahun 1988, Pusat Pengabaran Injil (PI) Ling Liang dan Crescent Outreach didirikan.

Ling Liang World-Wide Evangelical Mission (LLWWEM) kini menjadi wadah persekutuan dari sekitar 45 gereja Ling Liang berikut pos-pos PI-nya di seluruh dunia.

Di tahun 1961, gereja ling liang Tamansari mengganti namanya menjadi Gereja Santapan Rohani Indonesia sesuai dengan himbauan pemerintah. Pos Tomang didirikan pada tahun 1962 dan Pos Bogor didirikan pada tahun 1966, kedua pos tersebut kini telah menjadi Jemaat mandiri dengan nama GSRI Tomang dan GSRI Bogor.

Catatan: Bahan diambil dari disertasi Debora K. Malik.
Kepustakaan:
Mashburn, Charles. Timotius, Rasul Untuk Asia Tenggara. Djakarta : Penerbit Santapan Rohani, 1957.
Ong, Joshua. "Sejarah Gereja Santapan Rohani Indonesia," di tahun ke 45 Gereja Santapan Rohani Indonesia Tamansari. Jakarta: Privately printed, 1994.
Ting, Richard, ed. Timothy S.K. Dzao, 1908-1973, Book of Rememberance. Torrence, CA: Privately printed by Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission, 1993.



Copyright © 2003 GSRI TamanSari

History of BOL Church Global Movement


The 13 storey Building of BOL Taipei


I guess it will be good to know the History of the BOL movement, who started it and why etc....

History of Bread of Life (Ling Liang) World-Wide Evangelistic Mission
(Note: Ling Liang is the word in the Chinese Bible for “Bread of Life”. Ling means Spirit & Liang means the Word - hence we can also call it the Spirit and the Word church )

Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission – A Brief Historical Perspective (By Rev. Edwin Su)
In 1908, Rev. Timothy Dzao was born in Shanghai and answered God’s full time service calling in 1925 during the time of Shanghai Great Revival. Around 1949, he became the most widely traveled evangelist and is also the first pastor starting the world-wide mission from the base of an individual local church. He is like the modern day Apostle Paul of the Chinese church.
IN 1936 and 1938, while he was pasturing in the ??? Church of the Shanghai Covenant Church denomination, and after twice conducted evangelistic meetings in South East Asia island, Rev. Dzao deeply felt that “now is the time for Chinese Churches to GIVE … we sincerely hope that Chinese Churches can organize a mission organization dedicated to give our ability and financial resources to God for foreign missions” (Rev. Dzao, “Journey of Mission”. Vol. 1, page 69). After the Pacific War of Pearl Harbor attack on December 8, 1941, the ministries in China which used to receive supports from foreign missionary organizations faced great difficulties. This situation inspired Rev. Dzao and his co-workers to be even more determined to establish a non-denominational Chinese church based world wide missionary organization. In a night of June 1942, Rev. Dzao and other 5 other co-workers, after keeling down and praying in an empty yard of Huang JiaSha garden, they decided to name this missionary organization as “Ling Liang Church”. In August 1942, the Ling Liang Church started Sunday service using the auditorium of Xiejin High School, and used its classrooms as the Seminary and Bible School for training the ministers. This Shanghai Ling Liang Church later became the parent church of the Ling Liang World-wide Evangelistic Mission. After September 1942 when the first Ling Liang Church was set up in Shanghai, other branches of Ling Liang Church were also established in Nanjing, Hangzhou, and Suzhou.

Since October 1942, Shanghai Ling Liang Church had started spreading gospel to the twenty thousand Jewish refugees who escaped from the Nazi and Hitler’s prosecution and came to Hongqao region. Many member of the church offered financial assistance to these Jewish refugees, and two female co-workers Esther Wang and Minyuen Lee led these Jews in bible study conducted in English. As to Rev. Dzao, he would hurry to lead the Sunday worship services for the Jewish people in Hongqao every week after he finished the Sunday Worship service at the Ling Liang Church, until the end of World War II in 1945. During that period, Rev. Dzao also provided financial and other assistance to some of the foreign missionaries who were kept in the Japanese Concentration Camp.

In 1945 when the Sino-Japan war was over, the Ling Liang World-wide Evangelistic Mission was established in Shanghai. The goal of this Mission is “Wishing God will also use us Chinese ministerial workers to spread Gospel in foreign counties, starting from Shanghai (Jerusalem), expand to the whole China (the Land of Judea) and countries in Far East (Samaria), till the end of the world” (Rev. Dzao, “Journey of Mission”. Vol. 1, page 115). According to this goal, the Ling Liang World-wide Evangelistic Mission was preparing to expand its ministries from the original Ling Liang Churches in and surrounding Shanghai to major cities in Southern, Northern and Western China, then to rural villages, and to set up Kindergartens, Elementary Schools, Orphanages, Elderly Care Centers, and Eastern China Seminary in Suzhou to train ministers for pasturing and missionary ministries.

In fall of 1947, Ling Liang church ordained Rev. Chuanzhen Lan and Rev. Moses Chou as two pastors to be missionaries and dispatched them to overseas mission fields. Rev. and Mrs. Lan to branch of Ling Liang Church in Calcutta, India and Rev. Chou to Jakarta, Indonesia. They would preach gospel to local people as well as the overseas Chinese there.

After 1949, Ling Liang World-wide Mission expanded to outside of China, setting up branch Ling Liang Churches in Hong Kong, Taiwan, Philippines, Indonesia, Japan, North America, UK, and other places. In 1955, Rev. Dzao founded the Christian Cimoeiel University in Jakarta, Indonesia, in February 1956 he also established a Missionary College there. Rev. Dzao himself would traveling all over the world to lead evangelistic meetings, to bring spiritual revival to Chinese churches as well as churches in foreign countries; especially in May to June 1965 he lead over 200 evangelical meetings in five major cities in Korea, and spread Gospel to over half million Korean people, as an example of one of his many cross-culture missionary efforts.

Over the past decades, Ling Liang World-wide Evangelistic Mission has been using church planting as the major way of missionary work. As an example since 2003, Torrance Bread of Life Church has been involved in the Mexico Outreach Missions (Ling Liang para Mexico) to participate in setting up churches to spread Gospel to local Mexicans. At the present time, there are many Ling Liang Churches or Bread of Life Churches planted in many nations; and these churches again are planting new churches in their own country or expanding by planting new churches in other countries. These are evidences, as declared by Rev. Dzao in his book “Journey of Missions” Vol 2, page 87, that Ling Liang World-Wide Evangelistic Mission is a evangelical organization and not a denomination, all our missionaries are not salaried workers but are dependant to God’s provision by faith. All local Ling Liang Churches or Bread of Life Churches are independent in its own decision making regarding its policy or financial matters. Therefore, although the Ling Liang Churches or Bread of Life Churches in the world may have different ways of ministering the congregations, praising the Lord that all churches have one common vision to conduct evangelistic mission in accordance to the Great Commission from Jesus Christ.

(Author: Rev. Edwin Su. Note: The sources of this article are mostly from the book “Journey of Missions: by Rev. Timothy Dzao and verbal sharing by Minister Esther Wang.)